Kamis, 21 April 2011

Penelitian Kuantitatif



Kerangka Dasar Penelitian Kuantitatif

Disampaikan Dalam Seminar Metodologi Penelitian Di Universitas Hindu Indonesia Denpasar

29 Juli 2009
------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh : Prof. Dr. N. Dantes
-------------------------------------------------------------
Penelitian ilmiah bertujuan untuk mempelajari atau menemukan hubungan antara dua variabel atau lebih. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada dua macam hubungan : hubungan non-kausal dan hubungan kausal. Hubungan non-kausal dipelajari atau diteliti melalui metode deskriptif, sedangkan hubungan kausal diselidiki melalui metode eksperimen.

Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif peneliti merencanakan penelitiannya sebelum dia turun ke lapangan untuk mencari data. Sudah barang tentu jauh sebelum peneliti merumuskan masalah yang hendak diteliti ia sudah siap dengan teori yang berhubungan dengan masalah tersebut. Secara garis besar kerangka umum penelitian kuantitatif  mendasarkan diri pada spektrum penelitian yang dapat digambarkan dalam diagram berikut :

            Berdasarkan spektrum penelitian di atas kerangka umum penelitian (khususnya penelitian dengan pendekatan kuantitatif terdiri dari komponen-komponen berikut :
A.Judul Penelitian
Judul penelitian yang baik mencerminkan keterkaitan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Judul tidak perlu panjang lebar sebab keterangan-keterangan yang berhubungan dengan judul dapat diberikan dibagian yang membahas ruang lingkup masalah. Bilamana perlu, judul dapat diikuti sub judul, dengan himbuhan kata-kata seperti “suatu studi mengenai……”, ‘suatu survai tentang……” dan sebagainya.
B. Latar Belakang
Latar belakang yang digunakan dalam usulan penelitian diperlukan agar orang dapat memahami konteks  atau lingkungan, faktor-faktor yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Jadi segala informasi yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dikemukakan dengan maksud agar orang lebih mudah menghayati situasi dan kondisi di mana masalah-msalah tersebut timbul atau terjadi. Informasi mengenai latar belakang tidak perlu penjang lebar melainkan singkat tapi jelas agar tidak membosankan. Seringkali peneliti perlu memberikan uraian kronologi dan logis dalam bentuk urutan paragraf yang teratur. Urutan informasi ini memerlukan organisasi pemikiran yang cermat yang harus dituangkan dalam kalimat yang efektif dan menarik. Uraian harus secara eksplisit dapat mengungkapan adanya kesenjangan antara das sollen dan das sein, sehingga muncul suatu keinginan meneliti adalah untuk dapat menutupi atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan tersebut. Pemilihan masalah yang diteliti biasanya menggunakan dua pertimbangan yaitu : pertimbangan dari arah masalah atau dari sudut obyektif dalam arti sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut memberikan sumbangan, baik pada perkembangan teori maupun pemecahan masalah-masalah praktis, dan pertimbangan dari arah peneliti tersebut seperti biaya dan alat-alat yang tersedia, waktu, bekal kemampuan, serta penguasaan metode yang diperlukan. 
C. Masalah
Masalah penelitian sebaiknya menanyakan keterkaitan antara variable-variabel yang akan diteliti, baik untuk penelitian yang bersifat deskriptif / ex post facto maupun yang bersifat eksperimen. Dengan perkataan lain, masalah penelitian merupakan pertanyaan peneliti yang mendorongnya untuk mengadakan penelitian. Karena itu masalah penelitian (research question) harus dirumuskan secara spesifik agar dapat menjadi penuntun bagi peneliti di lapangan. Peneliti yang belum berpengalaman pada umumnya ingin meneliti masalah yang terlalu luas dan terlalu banyak hingga akhirnya tidak mampu melaksanakannya. Karena itu para peneliti harus senantiasa berhati-hati sebelum menentukan masalahnya agar jangan sampai meneliti masalah yang terlalu luas, terlalu banyak dan tidak benar-benar diketahui sehingga akhirnya tidak mampu melanjutkannya. Peneliti juga harus selalu ingat bahwa masalah yang diteliti harus  ilmiah dan dapat diteliti (researchable). Mulai dari sinilah peneliti harus mempedomani diri dengan prinsip-prinsip ilmiah yang sudah harus dikuasainya, yang dia dapatkan dari kajian-kajian saat mendalami dan mempelajari filsafat keilmuan.
Perumusan masalah harus terkait dengan latar belakang masalah yang telah diungkap. Perumusan masalah pada hakikatnya bisa dirumuskan dengan kalimat pernyataan (statement/declaration) dan dapat juga dirumuskan dengan kalimat pertanyaan (question). Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, lazimnya perumusan masalah menggunakan kalimat pertanyaan, sehingga perumusan masalah tersebut dapat diukur (testable), seperti contoh, seberapa besar determinasi bakat akurasi (ketelitian) terhadap penguasaan keterampilan menolong persalinan. Atau, apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode bercerita bermuatan nilai-nilai lokal (local genius)  terhadap pembentukan sikap religiusitas para siswa kelas lanjut di SD..........
D. Tujuan
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian adalah menemukan informasi empiris, obyektif, logis mengenai sesuatu atau menentukan keterkaitan antara variable-variabel yang dipermasalahkan. Dengan demikian maka tujuan penelitian yang dirumuskan harus mencerminkan dan konsisten dengan  masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya. Jelaslah bahwa penelitian yang akan dilaksanakan mengarah pada jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang telah dinyatakan dalam masalah. Alternatif perumusan tujuan yang terkait dengan di atas adalah; untuk mengetahui besarnya determinasi bakat akurasi (ketelitian) terhadap penguasaan keterampilan menolong persalinan. Atau, untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penerapan metode bercerita bermuatan nilai-nilai lokal (local genius)  terhadap pembentukan sikap religiusitas para siswa kelas lanjut di SD..........
Tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas agar hubungan antara tujuan dan masalah terumuskan secara inheren. Tujuan yang telah dirumuskan satu demi satu secara terperinci akan menjadi patokan untuk mengetahui apakah penelitian tersebut sudah selesai dilaksanakan secara lengkap atau belum.
E. Kerangka Teori , Hasil Penelitian yang Relevan dan Kerangka Berpikir.
Setiap ilmuwan mempunyai kebiasaan membaca dan mengkaji berbagai literatur dalam bidangnya. Dalam proses tersebut ia akan menemui berbagai hasil penelitian, teori, dan permasalahan yang berkaitan dengan itu. Karena itu dengan mudah ia akan dapat menentukan masalah-masalah yang perlu diteliti. Setiap masalah penelitian mempunyai kaitan dengan teori. Teori-teori yang terdapat dalam literatur seringkali berlawanan sifatnya. Dengan perkataan lain mengenai satu hal, misalnya terdapat teori-teori yang berlawanan arahnya. Perbedaan (gap) antara teori-teori tersebut merupakan masalah yang dapat diteliti. Perbedaan tersebut, apabila dirumuskan dapat menjadi masalah penelitian. Karena itu teori-teori tersebut merupakan sumber dimana masalah dan hipotesis dapat ditemukan. Dengan perkataan lain masalah dan hipotesis penelitian harus mempunyai landasan teori. Perlu diingat bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori melalui apa yang disebut verifikasi hipotesis.
Pengkajian dan penelusuran berbagai teori adalah dalam rangka menentukan teori dasar yang akan digunakan peneliti untuk meneliti variabel yang dikonstruksikan. Setiap variabel yang akan diteliti seyogyanya memiliki kontruksi dasar teori. Hal ini sangat penting karena untuk selanjutnya (dalam penelitian kuantitatif) teori yang digunakan akan menentukan arah penelitian tersebut, baik menyangkut instrumentasi yang digunakan (dalam proses perancangan maupun validasinya), perumusan hipotesisnya, maupun tahapan verifikasinya. Setelah peneliti mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan variabel yang diteliti (masalahnya) maka ia dapat mendeduksikan konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Setiap teori berisi konsep, karena itu konsep tersebut harus dijelaskan di dalam  bagian ini agar orang mengetahui dasar atau inti teori tersebut. Dalam bagian ini sering digunakan diagram-diagram untuk menjelaskan konsepnya.
Seiring dengan hal di atas, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan merupakan suatu langkah penting untuk memperkaya pengetahuan peneliti. Dalam kasanah metodologi antara kajian teori dengan kajian empirik tersebut adalah koheren. Kajian-kajian tersebut (baik teori-empirik) merupakan modal argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi yang dapat dirumuskan dalam kerangka berpikir, yang disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan.

F.  Hipotesis
Hipotesis adalah praduga ataupun asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh melalui penelitian. Dengan demikian hipotesis merupakan penuntun bagi peneliti dalam menggali data yang diinginkan. Sekalipun demikian perlu diingat bahwa peneliti harus senantiasa memegang teguh prinsip obyektif agar jangan timbul “bias” dalam pencarian data. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan, yang pada hakikatnya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. Secara konsep, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Hipotesis biasanya juga mengandung prediksi, dan ketepatan prediksinya akan sangat tergantung kepada tingkat kebenaran dan ketepatan landasan teori yang mendasarinya. Secara umum hipotesis sebenarnya menyangkut dua hal yaitu tentang hubungan dan tentang perbedaan, tetapi perumusannya dapat beraneka ragam. Dalam penelitian kuantitatif yang paling perlu diperhatikan adalah jenis rumusan hipotesis tersebut, apakah suatu hipotesis dirumuskan secara direksional atau non-direksional. Hal ini penting diperhatikan karena menyangkut uji signifikansi yang akan diterapkan, yaitu; uji satu arah (one tail) untuk hipotesis direksional, atau uji dua arah (two tail) untuk hipotesis nondireksional, di samping kedua jenis rumusan hipotesis dimaksud akan menuntut arah kajian teori yang berbeda.
Menurut fungsinya hipotesis terdiri dari hipotesis teoretik dan hipotesis penelitian. Perlu disadari bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori yang sudah ada. Teori tersebut kemudian dirumuskan ke dalam hipotesis untuk diuji dengan sampel yang ditentukan oleh peneliti. Hipotetsis yang diuji dalam penelitian adalah hipotesis nol. Hipotesis nol pada hakikatnya adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan (hypotesis of no relation, hypotesis of no difference). Peneliti dalam hubungan ini mempunyai praduga atau asumsi bahwa data yang diperolehnya akan menunjukkan sebaliknya. Karena itu hipotesis penelitian akan menyatakan gagasan sebaliknya, yaitu: ada hubungan atau ada perbedaan.
Berdasarkan pengertian di atas muncul tiga macam pendapat diantara para peneliti, yaitu: (1) karena hipotesis nol bunyinya selalu sama untuk semua penelitian, maka hipotesis nol tidak perlu disebutkan dalam usaha penelitian, (2) karena hipotesis penelitian dapat diketahui dari hipotesis nol dan karena hipotesis nol adalah hipotesis yang diuji, maka hipotesis penelitian tidak perlu dicantumkan dan hanya hipotesis nol yang dicantumkan, dan  (3) mencantumkan kedua jenis hipotesis tersebut baik dalam rumusan narasi maupun dalam rumusan statistiknya. Dalam prakteknya ketiga pendapat tersebut digunakan tanpa masalah, dengan demikian peneliti boleh memilih salah satu dari ketiga pendekatan tersebut dan menggunakannya secara konsisten.
Seperti disebutkan di atas, menurut sifatnya, hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis yang mengarah (directional) dan dapat juga berupa hipotesis yang tidak mengarah (non-directional). Hipotesis yang mengarah menunjukkan arah asumsi penelitian, misalnya; semakin tinggi IQ peserta didik, semakin tinggi prestasi belajarnya. Sebaliknya hipotesis yang tak mengarah menunjukkan tidak adanya arah asumsi peneliti, misalnya; terdapat perbedaan antara kelompok x dengan kelompok y, tanpa menyebutkan yang mana lebih tinggi.
Menurut bentuknya; hipotesis dapat berupa pernyataan simbolik dan pernyataan verbal. Dalam usulan penelitian kedua bentuk hipotesis ini harus dicantumkan. Contoh-contoh:
(1)   Penelitian eksperimen :
Hipotesis Statistik
Hipotesis nol: H0 : N1 = U2
Hipotesis alternatif : H1 : N1 > U2
Hipotesis penelitian
Hipotesis nol : Kelompok X sama prestasinya dengan Y
Hipotesis penelitian :    Kelompok X lebih tinggi prestasinya dari pada kelompok Y

(2)   Penelitian deskriptif

Hipotesis Statistik

Hipotesis nol : H0 : rxy = 0
Hipotesis alternatif : H1 : rxy > 0

Hipotesis penelitian

Hipotesis nol : H0 :         Tidak terdapat hubungan (korelasi) antara variabel x dengan variabel y.  
Hipotesis penelitian : Terdapat hubungan (korelasi) antara variabel x dengan variabel y
G. Identifikasi dan Definisi Variabel
            Variabel dapat diartikan sebagai suatu totalitas gejala atau obyek pengamatan yang akan diteliti. Maka dari itu dilihat dari fungsinya, variabel dapat diklasifikasikan menjadi : variabel bebas (prediktor), variabel kontrol, variabel moderator, variabel penyela dan variabel tergantung (kriterium). Bila variabel ini digambarkan dalam suatu model (konstelasi) penelitian nantinya, penempatan (klasifikasi) variabel sangat ditentukan dari paradigma teori yang melandasinya, dan untuk itulah sangat diperlukan wawasan, pengalaman dan ketelitian serta keterampilan peneliti. Seperti contoh model (konstelasi ) penelitian dapat berbentuk sbb:
 :

            Mengenai perumusan definisi variabel, menyangkut perumusan definisi konsep variabel dan menyangkut pula perumusan definisi operasional variabel tersebut. Perumusan definisi konsep variabel harus konsisten dengan simpulan teori yang mendasari penelitian variabel      bersangkutan, biasanya menyangkut masalah pengertian variabel tersebut secara definitif, dimensi dan indikator yang melingkupi variabel tersebut. Sedangkan definisi operasional variabel, menyangkut pengukuran variabel tersebut, dan pernyataan peringkat/skala data yang dikumpulkan (nominal, ordinal, interval, atau rasio). Definisi operasional variabel ini akan sangat menentukan bagaimana suatu instrumen variabel itu dirancang, dan bagaimana rancangan data tersebut dikumpulkan, dan hal tersebut akan memberikan arah bagaimana formula analisis yang akan digunakan.
            Bila ditelusuri lebih jauh, bermacam-macam cara dapat digunakan untuk menyusun definisi operasional, antara lain adalah : (a) pola I, yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operasi) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi, contoh : pembelajaran model jigsaw adalah pembelajaran yang dikelola dengan langkah-langkah umum sbb......Hasil pembelajaran tersebut dilihat pada prestasi belajar peserta didik, yang diukur melalui tes, dan data yang dikumpulkan dalam skala interval. (b) pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi, contoh: Inteligensi adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh peserta didik yang berpengaruh terhadap cara pemecahan masalah yang dihadapi secara cepat, tepat dan adequat. Inteligensi peserta didik diukur melalui tes inteligensi standard progresive matriks dan data yang dikumpulkan dalam skala interval. dan (c) pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu tampak, contoh : kecemasan terhadap sekolah adalah penolakan untuk pergi belajar di sekolah. Kecemasan terhadap sekolah diukur dengan observasi atau wawancara, dan data yang dikumpulkan dalam skala nominal (sangat cemas, cemas dan kurang cemas).


H. Rancangan Penelitian
            Rancangan (desain) pada hakikatnya mencakup abstraksi isi dan ruang lingkup (the design is content and scope of the study)[1]. Rancangan (desain) penelitian tergantung pula pada pendekatan yang digunakan pada subyek penelitian dalam kaitan dengan eksistensi variabel yang diteliti. Eksistensi variabel yang dimaksud apakah variabel yang akan diteliti dimunculkan secara sengaja (dimanipulasi) oleh peneliti dalam suatu eksperimen ataukah variabel yang diteliti adalah variabel yang telah ada secara wajar pada subyek yang diteliti (ex post facto). Di samping hal di atas, penggambaran konstelasi rancangan penelitian akan dipengaruhi pula oleh jumlah (banyaknya) dan status variabel yang dilibatkan dalam penelitian, sehingga akan terkait dengan identifikasi variabel penelitian dan sudah tentunya juga dengan hipotesis yang dirumuskan. Penggambaran konstelasi rancangan penelitian dari kedua pendekatan tersebut seperti digambarkan pada identifikasi variabel di atas. 
G. Pemilihan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data
            Kualitas alat pengumpul data sangat menentukan kualitas data yang didapatkan, dan pada akhirnya akan menentukan kualitas hasil suatu  penelitian. Oleh karena itu instrumentasi ini harus mendapatkan penggarapan yang cermat, sehingga memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik. Untuk itu biasa dituntut validasi instrumen[2] (yang menyangkut validitas content, concurrent, predictive dan construct, serta menyangkut tingkat reliabelitas baik dengan KR 20, 21, Hoyts, Koefisien Alpha, Split-half, test-retest, dan sebagainya) dari alat pengumpul data yang akan digunakan. Peneliti harus cermat memilih dan menggunakan prosedur itu sesuai dengan karakteristik alat ukurnya. Jika sekiranya peneliti tinggal memakai alat pengumpul data yang sudah diakui validitas dan reliabilitasnya, masih juga merupakan keharusan baginya untuk melaporkan dan memberikan informasi mengenai tingkat validitas dan reliabilitas penelitian terdahulu atau mungkin berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tertentu. 

H.Rancangan Sampling
Sejak awal peneliti harus menentukan populasi penelitiannya. Karena itu ia harus mendefinisikan populasi agar orang mengetahui kemana hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan. Populasi terdiri dari populasi teoretis dan populasi terjangkau. Populasi teoretis adalah semua subjek baik yang secara langsung maupun tidak langsung akan diteliti dan kemana hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Populasi terjangkau adalah semua subyek yang (bila perlu) dapat dijangkau secara langsung.
Karena populasi biasanya terlalu banyak untuk diteliti maka peneliti dapat menggunakan sebagian saja dari populasi. Sudah barang tentu sampel tersebut harus dapat mewakili populasi. Peneliti dapat menggunakan teknik statistik untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan representatif atau tidak. Dalam kaitan dengan itu, penentuan sampel dari suatu studi sampling pada hakikatnya selalu mengandung resiko kesalahan (sampling error), karena generalisasi dari sampel ke populasi selalu mengandung resiko bahwa terdapat kekelituan atau ketidak tepatan, karena sampel tidak mungkin mencerminkan secara persis keadaan populasi. Makin besar ketidaksamaan sampel dengan populasi, maka makin besar pula kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi. Maka dari itu masalah representatifnya sampel sangat perlu dicermati. Sehubungan dengan itu ada beberapa teknik penentuan sampel, yang pada dasarnya menjadi dua gugus yaitu : sampling probabilitas (probability sampling) dan sampling nonprobabilitas (nonprobability sampling). Dari masing-masing gugus tersebut telah diciptakan berbagai teknik lagi, yang sangat memungkinkan peneliti memilih sesuai dengan keperluan. Untuk mendukung penggunaan dari berbagai teknik itu, dalam rangka mempertinggi tingkat representativeness  sampel, sangat perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu : variabilitas populasi, besarnya sampel, teknik penentuan sampel, dan kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki peneliti, dapat terjadi ketidak sempurnaan pemenuhan keempat hal di atas, sehingga kesalahan sampling hampir selalu ada. Maka dari itu muncul kebutuhan untuk memperhitungan atau setidak-tidaknya memperkirakan besar kecilnya kekeliruan tersebut, yang biasa disebut dengan analisis kekeliruan atau simbangan baku estimasi dari distribusi sampling. Salah baku estimasi dapat dianggap estimator yang baik  (di bawah pengendalian) bila distribusi sampling statistiknya merupakan distribusi normal. Distribusi sampling statistik akan normal jika distribusi skor dalam populasinya merupakan distribusi normal dan sampel diambil secara rambang random). Akan tetapi, distribusi suatu statistik akan mendekati distribusi normal, tidak peduli bentuk distribusi populasinya normal atau tidak asal sampel penelitiannya cukup besar.
Mengenai gugus sampling seperti yang disinggung di atas, dijabarkan dalam beberapa teknik, dan untuk pengambilan  sampel peneliti memilih teknik yang tepat. Teknik tersebut ada yang didasarkan atas probabilitas ada pula yang didasarkan atas nonprobabilitas (nonprobability sampling). Probabilitas sampling (probability sampling) terdiri dari : (1) rambang sederhana (simple random sampling; (2) rambang strata (stratified random sampling); (3) kluster (cluster sampling). Nonprobabilitas sampling (nonprobability sampling) terdiri dari : (1) purposif sampling (purposive sampling); (2) kuota sampling (quota sampling); (3) eksidental sampling (Accidental sampling).[3]

I. Analisis 

Apabila kita akan mengadakan penelitian kuantitatif kita harus dapat memahami dan menggunakan rumus-rumus tertentu yang sering diperlukan untuk pengolahan data (memang kita dapat menggunakan kalkulator ataupun komputer untuk menghitung), namun kita yang harus menentukan macam data yang mana dan rumus yang mana yang harus kita pilih untuk mengolah data agar informasi yang kita inginkan dapat kita peroleh. Biasanya kesulitan terletak dalam penentuan macam data yang cocok dengan rumus yang diperlukan dan memilih rumus yang akan dapat mengolah informasi agar dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan. Di samping itu peneliti juga harus menggunakan instrumen yang cocok dengan macam data yang dicari.


Perlu diketahui data dapat diklasifikasikan menjadi:
(1)   Data nominal, yaitu data yang menunjukkan frekuensi dari suatu atribut. Misalnya, 80 orang menyatakan setuju sedangkan 20 orang menyatakan tidak setuju.
(2)   Data ordinal, yaitu data yang menunjukkan urutan atau ranking, misalnya nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan seterusnya.
(3)   Data interval, adalah data yang menunjukkan jarak (destance) yang pasti misalnya Hari mempunyai IQ 60, Ali mempunyai IQ 80, Tuti 100, sedangkan Susi 120. perbedaan jarak IQ Hari, Ali, Tuti, dan Susi adalah sama yaitu 20, akan tetapi ini tidak berarti bahwa Susi 2 kali lebih pandai dari Hari. Contoh lain, misalnya Dadang memperoleh nilai 40 dalam suatu tes matematika, sedangkan Memet memperoleh 80, ini tidak berarti Memet 2 kali lebih pintar dari pada Dadang dalam matematika. Hal ini disebabkan karena dasar penentuan angka-angka tersebut bukan angka mutlak (hanya arbitrary).
(4)   Data rasio, adalah data yang mirip dengan data interval, akan tetapi dasar penentuannya mutlak (tidak arbitrary). Jadi, sebungkus gula yang berbobot 4 kilo adalah dua kali lebih berat dari pada bungkusan gula seberat 2 kilo. Atau, dua kilo adalah separuh dari empat kilogram. Data rasio kebanyakan terdapat dalam bidang science, sedangkan data sosial biasanya hanya sampai data interval saja.
Rumus-rumus yang sering digunakan dalam penelitian deskriptif meliputi : r atau untuk korelasi, 2 (Chi kuadrat), regresi dan sebagainya. Sedangkan rumus-rumus yang sering diperlukan untuk penelitian eksperimental meliputi: t, F dan sebagainya.
            Dengan demikian, dalam kaitan dengan di atas dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif analisis data didominasi (bahkan sering dianggap merupakan ciri utama) penggunaan rumus-rumus statistik di dalamnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa penggunaan statistik dalam hal ini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Sudah tentunya rumus mana yang akan dipilih/digunakan oleh peneliti sangat tergantung pada tujuan penelitiannya, karakteristik data dan variabel yang akan dianalisis, di samping kemampuan (pengetahuan) peneliti mengenai hal tersebut haruslah memadai. Sangat penting diketahui pula bahwa penggunaan statistik menuntut adanya data kuantitatif, dan untuk tidak terjadinya kerancuan terhadap data kuantitatif itu perlu disepakati beberapa hal yang prinsip yaitu, data didapatkan dari suatu proses pengukuran. Dalam bidang pengukuran dikenal adanya skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan dalam pengertiannya mengandung data itu sendiri dan variabel yang dicerminkan oleh data tersebut, sehingga dalam konteks itu sering skala pengukuran disebut dengan variabel pengukuran. Skala pengukuran yang dimaksud telah disebutkan di atas yaitu, berupa skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Karena dalam skala pengukuran itu secara langsung telah terkandung data (kuantitatif atau yang dikuantifikasi) dan variabel yang dicerminkan oleh data itu, maka akan sering pula dijumpai istilah variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval, dan variabel rasio.
            Dalam hubungan dengan klasifikasi data kuantitatif di atas, maka analisis statistiknya dapat dikatagorikan dalam dua jenis yaitu : statistik parametrik (untuk menganalisis data dalam skala interval dan rasio), dan statistik nonparametrik (untuk menganalisis data dalam skala nominal dan ordinal). Malah untuk mempermudah pemilihan jenis rumus statistiknya disediakan tabel untuk itu.[4]
 

            Selanjutnya dalam analisis data pada penelitian kuantitatif, sering pengujian hipotesis muncul sebagai bagian tersendiri. Secara statistik, pengujian hipotesis pada umumnya menggunakan serangkaian keputusan menerima atau menolak hipotesis yang diajukan. Aturan keputusan ini didasarkan pada distribusi sampling statistik yang akan diuji, dengan pengandaian sekiranya semua kombinasi sampel dari populasi telah diselidiki dan dicari statistiknya. Distribusi sampling yang demikian tentu lebih merupakan distribusi teoretik dari pada distribusi empirik. Hal ini terjadi karena penelitian dilakukan hanya pada beberapa sampel dan keadaan yang demikian membatasi peneliti untuk mengkonstruksi distribusi sampling secara empirik.
            Logika yang mendasari pengujian hipotesis adalah sebagai berikut. Peneliti menganggap hipotesisnya benar, kemudian dia menggambarkan distribusi sampling hipotesisnya itu. Jika dari distribusi sampling itu data yang dikumpulkan mempunyai kemungkinan terjadi yang tinggi, data itu dinyatakan tidak berkontradiksi dengan hipotesisnya. Sebaliknya jika serangkaian data yang dikumpulkan mempunyai kemungkinan terjadi yang rendah, data itu dinyatakan cenderung berkontradiksi (berlawanan) dengan hipotesisnya. Tinggi rendahnya kemungkinan terjadinya itu ditentukan oleh aturan keputusan uji hipotesis, yang dikenal dengan nama taraf signifikansi.
            Taraf signifikansi umumnya dinyatakan dalam persen. Persentase ini menunjukkan besarnya kemungkinan kesalahan dalam kesimpulan yang menolak hipotesis nul di bawah pengandaian hipotesis nul itu benar. Taraf kesalahan itu sering disebut taraf kesalahan tipe I atau taraf kesalahan alpha. Jadi bila peneliti menentukan taraf  signifikansi 5 %, itu berarti ia bersedia/berani menerima kemungkinan kesalahan menolak hipotesis nul yang benar sebanyak-banyaknya 5 %. Komplemen dari taraf signifikansi adalah taraf kepercayaan (confidential). Kemungkinan sebaliknya dari menolak hipotesis nul yang benar, adalah menerima hipotesis nul yang salah. Kemungkinan kesalahan yang timbul dari kesediaan menerima hipotesis nul yang salah ini, disebut dengan kesediaan menerima resiko kesalahan tipe II, atau kesalahan beta. Kedua tipe kesalahan ini sebenarnya dapat digambarkan dalam dua kurva yang berimpitan. Jadi dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang terbalik antara besarnya kesalahan alpha dengan besarnya kesalahan beta. Implikasinya, jika taraf signifikansi diturunkan, kesalahan betanya bertambah besar, da jika taraf signifikansinya dinaikkan, kesalahan betanya bertambah kecil.
            Satu hal lagi yang perlu dipahami oleh peneliti dalam kaitan dengan analisis data adalah besarnya koefisien yang didapatkan dari suatu analisis. Hasil analisis selalu harus dipulangkan lagi pada kerangka teori yang telah dirumuskan, karena hasil analisis hanya membuktikan apakah teori yang dirumuskan itu didukung oleh data secara empirik atau tidak. Umpama, dalam suatu penelitian korelasional, peneliti jangan buru-buru menyatakan apalagi menyimpulkan bahwa koefisien korelasi yang signifikan adalah menunjukkan kausalitas. Karena tidak setiap sesuatu yang menunjukkan adanya hubungan (apalagi hanya melihat hasil analisis) bersifat kausal, tetapi peneliti harus mengembalikan hasil itu pada kerangka teori yang dirumuskan, demikian pula pada penelitian-penelitian korelasional yang dikembangkan pada tingkat multivariat.


J. Interpretasi Hasil Penelitian
            Suatu hasil analisis cenderung masih faktual, itu artinya harus diberi arti oleh peneliti. Hasil yang didapat dibandingkan dengan hipotesis penelitiannya, dicocokkan dengan hasil univariatnya, didiskusikan dan diadakan pembahasan. Dalam interpretasi inilah peneliti harus membahas apa arti penemuannya itu, baik demi kepentingan praktis maupun demi pengembangan ilmu. Kecendikiawanan peneliti akan tampak dengan jelas pada aspek ini, bagaimana dia memaknai hasil penelitiannya dengan mengkaitkan dengan berbagai aspek yang relevan. Untuk itu dibutuhkan wawasan yang luas mengenai topik yang diangkat dalam penelitiannya, sehingga dapat memberikan pembahasan yang mantap dan tajam.



Daftar Pustaka
Blaine R.Worthen and James R. Sandrs.1981.Educational Evaluation: Theory and   Practice.Ohio : Charles A.Jones Publishing Company.
Clive Opie. 2004. Doing Educational Researcg (A Guide to Fist Time Researchers). London : SAGE Publications Ltd.
David Middlewood, Marianne Coleman, and Jacky Lumby. 2004. Practitioner   Research in Education (Making a Difference). London : Paul Chapman   Publishing.Ltd.
Donald McIntyre (Eds).1997. Teacher Education Research in a New Context. London : Paul Chapman   Publishing.Ltd.
Geoffrey Walford (Eds). 1998. Doing Research About Education. London : Falmer Press.
Louis Cohen and Lawrwncw Manion. 1996. Research Methods in Education (Fourth Edition). London : Routledge.
Martyn Hammersley (Eds). 2002. Educational research (Current Issues). London : Paul Chapman Publishing.Ltd.
Michael Crossley and Keith Watson.2003.  Comparative and International Research in Education (Globalisation, Context and difference).London : RoutledgeFalmer.
Peter Freebody. 2004. QualitativeResearch in Education (Interaction and Practice). London : SAGE Publications Ltd.
Tuckman, Bruce W., 1972. Conducting Educational Research. New York :Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

















Lampiran : 01
Kerangka Isi Tasis
BAB I  PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
2.      Identifikasi Masalah
3.      Pembatasan Masalah
4.      Perumusan Masalah                             
5.      Tujuan Penelitian
6.      Signifikansi Penelitian
7.      Asumsi (bila ada)

BAB II  LANDASAN TEORI
1.      Deskripsi Teori (masing-masing variable)
2.      Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan  /Kajian Pustaka        
3.      Kerangka Berpikir                                                     
4.      Perumusan Hipotesis (bila ada)

BAB III  METODE PENELITIAN
1.Populasi dan Sampling
2. Rancangan Penelitian /Pendekatan Penelitian
3. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel
     a. Identifikasi Variabel                                                 
     b. Definisi Variabel
            1) Definisi Konsep
            2) Definsi Operasional
    c. Konstelasi Variabel
4. Metode Pengumpulan Data dan Instrumentasi
    a. Metode Pengumpulan Data
    b. Instrumentasi
        1) Konsepsi         
        2) Kisi-Kisi                                                                     
        3) Validasi /Uji Coba
5. Metode Analisis Data
    a. Uji Prasyarat Analisis (bila ada)                             
    b. Uji Hipotesis

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
    a. Deskripsi Data
    b. Uji Prasyarat Statistik (bila ada)              
    c. Uji Hipotesis
    d. Pembahasan

BAB V. PENUTUP
a.      Rangkuman
b.      Kesimpulan
c.      Saran-Saran                    
d.      Rekomendasi (bila ada)
            Daftar Pustaka
            Lampiran      




















Lampiran: 02   Contoh Aplikasi Rumus
PRODUCT MOMEN (PROMON)
Aplikasi Rumus
                Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Agama (PA) tentang korelasi antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas pada para siswa SMP N 3 Denpasar, didapatkan data sbb:
NO
X
Y
1.
20
30
 2.
60
70
3.
80
90
4.
70
70
5.
50
60
6.
40
40
7.
30
40
8.
60
80
9.
60
80
10.
50
80

Keterangan :
                X : Intensitas Pola Asuh (sebagai variable bebes)
                Y : Sikap Religiusitas (sebagai variabel terikat)
Berdasarkan data di atas ingin ditemukan seberapa besar korelasi dari variable bebas terhadap variable terikat.
Langkah Langkah Analisis
  1. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat korelasi antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas pada para siswa SMP N 3 Denpasar
  1. Menyusun Tabel Kerja
Tabel     : 01
    Tabel Kerja Uji Hipotesis Tentang Hubungan Dengan Product Moment
N0
X
Y
x
y
x2
y2
xy
1.
20
30
-32
-34
1024
1156
1088
2.
60
70
8
6
64
36
48
3.
80
90
28
26
784
676
728
4.
70
70
18
6
324
36
108
5.
50
60
-2
-4
4
16
8
6.
40
40
-12
-24
144
576
288
7.
30
40
-22
-24
484
576
528
8.
60
80
8
16
64
256
128
9.
60
80
8
16
64
256
128
10.
50
80
-2
-16
4
256
-32
520
640
0
0
2960
3840
3020

Keterangan        : X = Pola Asuh
                 Y = Sikap Religius
                  x  = X-Mx
                  y  = Y-My
  1. Substitusi Data ke dalam Rumus
    1. Mx         =
=
= 52
                                SDx        =
                                                =
                                                =
                                                = 17,20
    1. My         =
=
= 64
                                SDy        =
                                                =
                                                =
                                                = 19,60
                        c.     r              =
                                                =
                                                = 0,89
                                Kodet (Koefisien Determinasi)   =  
                                                =
= 0,792 x 100%
= 79,2%
  1. Uji Signifikansi
Untuk menguji r observasi (ro) harus dikonsultasikan dengan r tabel (r tab) berdasarkan N=10 dan taraf signifikansi 1% ditemukan r tab adalah 0,765 ini berarti ro > r tab
Dengan demikian Ho ditolak, hasil signifikan
  1. Menarik Simpulan
Berdasarkan uji signifikansi antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas  dapat disimpulkan bahwa :Terdapat hubungan yang signifikan antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas  pada para siswa SMP N 3 Denpasar, dengan determinasi sebesar 0,7921 atau 79,21%


















KORELASI RANK/RANK ORDER
(Rho)
Aplikasi Rumus
                Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Agama (PA) tentang korelasi antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas pada para siswa SMP N 3 Denpasar, didapatkan data sbb:
NO
X
Y
1.
20
30
2.
60
70
3.
80
90
4.
70
70
5.
50
60
6.
40
40
7.
30
40
8.
60
80
9.
60
80
10.
50
80


Keterangan :
                X : Intensitas Pola Asuh (sebagai variable bebes)
                Y : Sikap Religiusitas (sebagai variabel terikat)
Berdasarkan data di atas ingin ditemukan seberapa besar korelasi dari variable bebas terhadap variable terikat.
Langkah Langkah Analisis
  1. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat korelasi antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas pada para siswa SMP N 3 Denpasar
  1. Menyusun Tabel Kerja
Tabel     : 01
Tabel Kerja Uji Hipotesis dengan Rho
NO
X
Y
RANK
D
D2
x
y
1.
20
30
10
10
0
0
2.
60
70
4
5,5
-1,5
2,25
3.
80
90
1
1
0
0
4.
70
70
2
5,5
-3,5
12,25
5.
50
60
6,5
7
-0,5
0,25
6.
40
40
8
8,5
-0,5
0,25
7.
30
40
9
8,5
0,5
0,25
8.
60
80
4
3
1
1
9.
60
80
4
3
1
1
10.
50
80
6,5
3
3,5
12,25




0
29,5

Keterangan :      Menentukan Rank
                                * nilai tertinggi menjadi rank 1
                                * nilai yang sama ” dijumlahkan urutan rank dibagi jumlah”
D = x-y
  1. Substitusi Data ke dalam Rumus
Rho        =
                =
                =
                = 0,82
  1. Uji Signifikansi
Untuk menguji rho harus dikonsultasikan dengan rho tab.
Berdasarkan N=10 dan taraf signifikansi 1% ditemukan rho tab = 0,72 dan rho observasi = 0,82.
Ini berarti rho observasi > rho tab, dengan demikian Ho ditolak, hasil penelitian signifikan
  1. Menarik Simpulan
Berdasarkan uju signifikansi diatas dapat disimpulkan : terdapat hubungan antara Intensitas Pola Asuh dengan Sikap Religiusitas pada para siswa SMP N 3 Denpasar
T-TEST
Aplikasi Rumus
Seorang mahasiswa mengadakan penelitian tentang : Pengaruh model pembelajaran CTL terhadap peningkatan prestasi belajar Agama siswa di kelas IV SD LAB UNDIKSHA
         Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
C T L (I)
X1

Konvensional (II)
X2
80
60
90
50
60
80
70
60
80
40
80
30
90
30

Langkah-Langkah Analisis
1.      Merumuskan Hipotesis
Hipotesis Null ( Ho )
Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran CTL dalam prestasi belajar Agama siswa di kelas IV SD LAB UNDIKSHA.

2.      Menyusun Tabel Kerja
Tabel : 01
Tabel Kerja Uji Hipotesis dengan T-test
X1
x
x2
X2
x
x2
80
1,43
2,04
60
10
100
90
11,43
130,64
50
0
0
60
-18,57
344,84
80
30
900
70
-8,57
73,44
60
10
100
80
1,43
2,04
40
-10
100
80
1,43
2,04
30
-20
400
90
11,43
130,64
30
-20
400
550
0
685,68
350
0
2000

3.      Substitusi Data ke dalam Rumus
     M1=                                                              
        =
        = 78,57

     M2=
        =
        = 50

x = X-M

     SD1=
=
=
= 9,90

SD2=
=
=
= 16,90

Sgab=
=
             =
             =
             =
             =
             = 13,85

t  =
  =
 =
 =
 =
 =
 = 3,82

t =
   
   = 3,54

4.      Uji Signifikansi
Uji Signifikansi
Untuk menguji to harus dikonsultasikan dengan ttab
Berdasarkan db = n1 + n2 – 2
= 7+7-2
= 12
Dengan taraf signifikansi (ts) 1% ts = 0,05, ditemukan ttab = 2,179.
Dengan demikian to > ttab.
Jadi hasil penelitian signifikan, Ho ditolak
5.      Menarik Simpulan
Berdasarkan uji signifikansi diatas dapat disimpulkan terdapat  pengaruh model pembelajaran CTL dalam prestasi belajar Agama siswa di kelas IV SD LAB UNDIKSHA

KORELASI KONTINGENSI/CONTINGENCY CORELATION
(KK/CC)
Aplikasi Rumus
Dari suatu penelitian survey tentang hubungan antara jenis kelamin dengan arah pilihan pada pemilu PILPRES RI pada tahun 2004, didapatkan data sbb:
Jenis
Kelamin
Pasangan PILPRES
Total
SBY-JK
M-H
A-S
L
250
750
150
1150
P
1250
1000
250
2500
Total
1500
1750
400
3650

Langkah Langkah Analisis
  1. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat hubungan asosiasi antara jenis kelamin dengan arah pilihan pada pemilu PILPRES RI pada tahun 2004






  1. Menyusun Tabel Kerja
Tabel Kerja Uji Hipotesis dengan CC
Jenis
Kelamin
PILPRES
fo
fe
fo-fe
(fo-fe)2
L
S-K
250
472,60
-222,6
49550,76
104,88
M-H
750
551,37
198,63
39453,88
71,56
A-S
150
126,03
23,97
574,56
4,56
P
S-K
1250
1027,40
222,6
49550,76
48,23
M-H
1000
1198,63
-198,63
39453,88
32,92
A-S
250
273,97
-23,97
574,56
2,1

3650
3650
0

264,22

Keterangan : contoh mencari fe                =
                                                                                =
                                                                                = 472,6
  1. Substitusi Data ke dalam Rumus

    1. X2            =                      
                        = 264,22
b. CC      =
                        =
                        =
                        = 0,26

c. Cmax =
                  =
                  =
                  =
                  = 0,71

d. KH     = Cm-CC              (KH = Keeratan Hubungan)
                = 0,71-0,26
                =0,45
  1. Uji Signifikansi
Untuk menguji signifikansi CC digunakan koefisien chi kwadrat
Berdasarkan db (derajat bebas)
Db      = (c-1)(r-1)
            = (3-1)(2-1)
            = 2.1
            =2
Dan taraf signifikansi 5% ditemukan chi kwadrat tab
       
                 
Ini berarti chi kwadrat
Jadi Ho ditolak, hasil penelitian signifikan


  1. Menarik Simpulan
Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan hubungan asosiasi antara jenis kelamin dengan arah pilihan pada pemilu PILPRES RI pada tahun 2004
Tingkat keeratan hubungan adalah 0,45 dalam kategori sedang

ANALIS REGRESI
(ANAREG)
Aplikasi Rumus
Seorang Mahaiswa ingin meneliti determinasi (pengaruh) etos kerja, disiplin kerja dan iklim organisasi terhadap prestasi kerja Karyawan Departemen Agama Kabupaten Badung
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
No
X1
X2
X3
Y
1.
30
10
50
10
2.
40
30
60
20
3.
70
40
40
20
4.
80
50
30
20
5.
80
60
30
10
4
70
80
10
30
7.
60
90
20
30
8.
50
70
10
20
9.
40
20
50
40
10.
50
60
40
50


Langkah langkah Analisis
  1. Merumuskan Hipotesis
Terdapat determinasi signifikan secara simultan etos kerja, disiplin kerja dan iklim organisasi
 terhadap prestasi kerja Karyawan Departemen Agama Kabupaten Badung

  1. Menyusun Tabel kerja
Tabel : 01
Tabel kerja Testing Hipotesis dengan Analisis Regresi
No
X1
X2
X3
Y
X12
X22
X32
Y2
X1Y
X2Y
X3Y
X1 X2
X1 X3
X2 X3
1
30
10
50
10
900
100
2500
100
300
100
500
300
1500
500
2
40
30
60
20
1600
900
3600
400
800
600
1200
1200
2400
1800
3
70
40
40
20
4900
1600
1600
400
1400
800
800
2800
2800
1600
4
80
50
30
20
6400
2500
900
400
1600
1000
600
4000
2400
1500
5
80
60
30
10
6400
3600
900
100
800
600
300
4800
2400
1800
6
70
80
10
30
4900
6400
100
900
2100
2400
300
5600
700
800
7
60
90
20
30
3600
8100
400
900
1800
2700
600
5400
1200
1800
8
50
70
10
20
2500
4900
100
400
1000
1400
200
3500
500
700
9
40
20
50
40
1600
400
2500
1600
1600
800
2000
800
2000
1000
10
50
60
40
50
2500
3600
1600
2500
2500
3000
2000
3000
2000
2400
570
510
340
250
35300
32100
14200
7700
13900
13400
8500
31400
17900
13900

  1. Substitusi Data ke dalam Rumus
a.       Mencari JK (Jumlah Kuadrat)
  =
  = 35300 – 32490
  = 2810
                               
                                              =
                                              = 32100 – 26010
                                              = 6090
             =
             = 14200 – 11560
             = 2640
              =
              = 7700 – 6250
             = 1450
b. Mencari JP (Jumlah Produk)
                            =
                                                = 139500-14250
                                                = -350

                               
                                                =
                                                = 13400 – 12750
                                                = 650
                               
                                                =
                                                = 8500 – 8500
                                                = 0
                               
                                                 =
                                                 = 31400 – 29070
                                                 = 2330
                               
                                                 =
                                                 = 17900 – 19380
                                                 = -1480
                               
                                                  =
                                                  = 13900 – 17340
                                                  = -3440
c.  Mencari Beta
1.       -350 =  2810 b1 +  2330 b2  + -1480 b3
2.         650 =  2330 b1 +  6090 b2 + -3440 b3
3.         0     = -1480 b1 + -3440 b2 + 2640 b3
4.       (-350 x -3440) – (650 x -1480)= (2810 x -3440) – (2330 x -1480)-
                                                                                (6090 x -1480)
1204000-(-962000)= -9666400-(-3448400) + (-8015200) –
(-9013200)
                2166000    = -62108000 b1 + 998000 b2
5.             (650 x 2640) – (0 x -3440)          = (2330 x 2640) – (-1480 x -3440) +
(6090 x 2640) – (-3440 x -3440)
1716000-0            = 6151200 – 5091200 + 16077600-
11833600
1716000 = 1060000 b1 + 4244000 b2
2166000 = -62108000 b1 + 998000 b2
1716000 =   1060000 b1 + 4244000 b2
6.       (2166000 x 4244000) – (1716000 x 998000) = (-6218000 x 4244000) –
   998000)
9192504 x 106 – 1712568 x 106 = -26389192 x 106 – 1057880 x 106 + 0
7479936 x 106 = -27447072 x 106 b1
b1 = -0,27
7.                    1716000 =   1060000 b1 + 4244000 b2
1716000 =  1060000 (-0,27) + 4244000 b2
1716000 = -286200 + 4244000 b2
1716000 + 286200 = 4244000 b2
b2 =
b2 = 0,47

8.                               0 = -1480 b1 + -3440 b2 + 2640 b3
                        0 = -1480 x -0,27 + -3440 x 0,47 + 2640 b3
                        0 = 399,6 + (-1616,8) + 2640 b3
                    0 = -1217,2 + 2640 b3
0 + 1217,3 = 2640
                  1217,3 =
                     b3  = 0,46

                     
                   
                   
= 0,53

R2(kodet) = 0,532
                     = 0,28
Jadi kodet = 28%
Mencari Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
= -0,27.-0,350 + 0,47.650+0,45.0
= 400
= 0,24
= 0,76
= 0

SEx1 = SRx1.R2
=0,24.0,28
=0,0672
= 6,72%
SEx2 = SRx2.R2
= 0,76.0,28
= 0,2128
= 21,28%
SEx3 = SRx3.R2
= 0.0,28
=0%
  1. Uji Signifikansi
Untuk menguji signifikansi Rreg harus  diuji dengan Freg dengan rumus sebagai berikut :
=0,78
Berdasarkan Freg yang ditentukan adalah sebesar 0,78, harus dikonsultasikan pada Ftab dengan db 3:6 Taraf signifikansi 5% ditemukan Ftab 4,76.
Berdasarkan hasil tersebut berarti Freg < Ftab.
Ini Berarti Ho diterima, hasil penelitian non-signifikan.

  1. Menarik Simpulan
Berdasarkan uji signifikansi diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat determinasi secara bersama-sama antara etos kerja, disiplin kerja dan iklim kerja terhadap prestasi kerja Karyawan Departemen Agama Kabupaten Badung

ANALISIS VARIAN
(ANAVA)
Aplikasi Rumus
                Seorang mahasiswa BK melakukan eksperimen sebagai berikut. Pengaruh penerapan model konseling terhadap peningkatan prestasi belajar para siswa yang mengalami kesulitan belajar di SD 3 Banjar Jawa
Model Konseling yang diterapkan
A1           = Model konseling konvensional
A2           = Model konseling Rasional Emotif Terapi (RET)
A3           = Model Konseling Humanistik
X             = Prestasi belajar
Dari eksperimen tersebut didapatkan data sebagai berikut :
A3
A3
A3
3
5
10
2
4
9
4
6
8
5
6
8
6

10

Langkah Langkah Analisis
  1. Merumuskan Hiopteis
Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat pengaruh penerapan model konseling terhadap peningkatan prestasi belajar para siswa yang mengalami kesulitan belajar di SD 3 Banjar Jawa
  1. Menusun Daftar Belanja Statisti
A1
A2
A3
Total
X1
X12
X2
X22
X3
X32
Xt
Xt2
3
9
6
36
10
100
19
145
2
4
4
16
9
81
15
101
4
16
6
36
8
64
18
116
5
25
6
36
8
64
19
125
6
36


10
100
16
136
20
90
22
124
45
409
87
623

Atau :
STAT
A1
A2
A3
Total
n
5
4
5
14
X
20
22
45
87
X2
90
124
409
623
x
4
5,5
9
18,5
Keterangan                :
  1. Substitusi Data ke dalam Rumus
 
=(80+121+405)-540,64
=606-540,64
=65,36
dbA             = N-1
= 3-1
= 2
               
                                = 32,68
               
= 623-606
= 17
dbd         = N-a
                = 14-3
                =11
               
                = 1,55
= 623-540,64
=82,36

               
 
 = 21,08
  1. Menyusun Tabel Ringkasan ANAVA
SV
JK
db
RJK
F
P
Amar A
65,36
2
32,68
21,08
<0,05
Dalam
17
11
1,55


Total
82,36
13




  1. Uji Signifikansi
Berdasarkan analis diatas ditemukan Fo sebesar 21,08 diuji dengan Ft dengan
 db = 2 : 11 taraf signifikansi 5% adalah sebesar 3,98
Ini berarti Fo > Ft
Jadi hasil penelitian signifikan, Ho ditolak
Catatan : Karena hasil penelitian signifikan perlu dilakukan uji lanju (Post Hoc)
            Digunakan jika n1, n2, n n  = sama
        Digunakan jika n1, n2, n n  =  tidak sama
a.
               
               
               
               
                = -1,27
b.
               
               
               
                = -4,50
c.
               
               
               
                = -2,97
t1-2          = -1,27
t1-3               = -4,50
t2-3               = -2,97
A1> A2> A3
  1. Menarik Simpulan
Bertdasarkan uji signifikansi dan uji lanjut di atas dapat disimpulkan bahwa :
    1. Terdapat pengaruh penerapan model konseling terhadap peningkatan prestasi belajar para siswa yang mengalami kesulitan belajar di SD 3 Banjar Jawa
    2. Pendekatan konseling yang paling berpengaruh adalah model konseling humanistik


































[1] Blaine R.Worthen and James R. Sandrs.1981.Educational Evaluation: Theory and Practice.Ohio : Charles A.Jones Publishing Company. p.209.
[2] Guilford.1979.Psychometric Methode…….
[3] Lihat Populasi dan Sampling
[4] Tuckman, Bruce W., 1972. Conducting Educational Research. New York :Harcourt Brace Jovanovich, Inc. p.255

Tidak ada komentar:

Posting Komentar